Sungguh dalam hidup ini lebih banyak peristiwa dan kasunyatan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Perhatikan dan simak keseharian kita. Cobalah merenung sebelum memejamkan mata di malam sunyi. Gelar kembali apa yang dijumpai dan dialami.
Semenjak bangun pagi sampai akhirnya menyandarkan tubuh di pelukan gelapnya hari. Tarik benang merah ditengah gelaran rangkaian kejadian hari ini. Dalam hiruk pikuk gegap gempita aktifitas kehidupan yang rutin dijalani, pernahkah terlintas di hati ataupun pikiran : untuk apa semua ini dilakukan ?
Dalam terminologi ketauhidan, hidup ini sebenarnya hanyalah sebuah pendakian panjang menuju dan berusaha menjadikan diri ini memiliki "nafsu al muthmainnah," atau sering diartikan menjadi "jiwa yang tenang." Mengapa demikian ? Karena kepada jiwa inilah Alloh SWT berseru lembut :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai; lalu masuklah ke
dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku"
(QS al-Fajr [89]: 27-30).
Ada banyak hal yang mempengaruhi dan membentuk "nafsu al muthmainnah ini." Pada lembar kali ini kita akan bahas dua hal saja, yaitu :
1. Mengenang Kebaikan Orang Lain kepada Kita.
2. Melupakan Kebaikan Diri (Jasa Kita) kepada Orang Lain.
-----------------
sebaiknya anda juga membaca ini.
-----------------
sebaiknya anda juga membaca ini.
No comments:
Post a Comment